ILMU EKONOMI
MIKRO
Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi)
adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan
perusahaan serta penentuan hargaharga pasar dan kuantitas faktor input, barang,
dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai
keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan atas
barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada
gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal,
bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam
skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang
membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan
ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang
berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan
tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.
Tinjauan
umum
Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa
pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa,
dan alokasi dari sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi
mikro menganalisa kegagalan pasar,yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi
hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan
bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidangbidang penelitian yang penting
dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general
equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi
ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga
mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem
pasar.
Asumsi dan
definisi
Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan
bahwa pasar merupakan pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat
banyak pembeli dan penjual di dalam pasar, dan tidak satupun diantara mereka
memiliki kapasitas untuk mempengaruhi harga barang dan jasa secara signifikan.
Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal, karena
beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang lebih mendalam untuk
memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun,
teori ini bekerja dengan baik dalam situasi yang sederhana.
Ekonomi arus utama (mainstream economics) tidak
berasumsi apriori bahwa pasar lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial
lainnya. Bahkan, banyak analisa telah dilakukan untuk membahas beragam kasus
yang disebut “kegagalan pasar”, yang mengarah pada alokasi sumber daya yang
suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang tertentu (contoh sederhananya
ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk digunakan tetapi tidak
langsung menguntungkan mereka untuk membiayainya). Dalam kasus ini, ekonomi
akan berusaha untuk mencari kebijakan yang akan menghindari kesia-siaan
langsung di bawah kendali pemerintah, secara tidak langsung oleh regulasi yang
membuat pengguna pasar untuk bertindak sesuai norma konsisten dengan
kesejahteraan optimal, atau dengan membuat “pasar yang hilang” untuk
memungkinkan perdagangan efisien dimana tidak ada yang pernah terjadi
sebelumnya. Hal ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga
bahwa “kesejahteraan optimal” biasanya memakai norma Pareto, dimana dalam
aplikasi matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak konsisten dnegan norma
utilitarian dalam sisi normatif dari ekonomi yang mempelajari tindakan
kolektif, disebut pilihan masyarakat/publik. Kegagalan pasar dalam ekonomi
positif (ekonomi mikro) dibatasi dalam implikasi tanpa mencampurkan kepercayaan
para ekonom dan teorinya.
Permintaan untuk berbagai komoditas oleh perorangan
biasanya disebut sebagai hasil dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran
dari hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta dari barang yang diberi,
memberi semua barang dan jasa yang lain, pilihan pengaturan seperti inilah yang
akan memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen.
Model
operasi
Diasumsikan bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan
keputusan rasional, dan akan memproduksi pada keluaran maksimalisasi
keuntungan. Dalam asumsi ini, ada empat kategori dimana keuntungan perusahaan
akan dipertimbangkan:
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah
keuntungan ekonomi ketika average total cost lebih rendah dari setiap produk
tambahan pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Keuntungan ekonomi adalah
setara dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan antara average total
cost dan harga.
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah
keuntungan normal ketika keuntungan ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini
terjadi ketika average total cost setara dengan harga pada keluaran
maksimalisasi keuntungan.
• Jika harga adalah di antara average total cost dan
average variable cost pada keluaran maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan
tersebut dalam kondisi kerugian minimal. Perusahaan ini harusnya masih
meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin membesar jika berhenti
produksi. Dengan produksi terus menerus, perusahaan bisa menaikkan biaya
variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi dengan menghentikan semuanya akan mengakibatkan
kehilangan semua biaya tetapnya.
• Jika harga dibawah average variable cost pada
maksimalisasi keuntungan, perusahaan harus melakukan penghentian. Kerugian
diminimalisir dengan tidak memproduksi sama sekali, karena produksi tidak akan
menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan untuk membiayai semua biaya tetap
dan bagian dari biaya variabel. Dengan tidak berproduksi, kerugian perusahaan
hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya tetapnya, perusahaan menemui
tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau tetap bersaing dengan resiko
kerugian menyeluruh. Kegagalan pasar Dalam ekonomi mikro, istilah “kegagalan
pasar” tidak berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah
kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur
produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai
istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika
disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di
sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan istilah
kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak melayani
“kepentingan publik”, sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat dari
landasan moral atau sosial.
Empat jenis utama
penyebab kegagalan pasar adalah :
• Monopoli atau dalam kasus lain dari penyalahgunaan
dari kekuasaan pasar dimana “sebuah” pembeli atau penjual bisa memberi pengaruh
signifikan pada harga atau keluaran. Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa
dikurangi dengan menggunakan undang-undang anti trust.
• Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana
“pasar tidak dibawa kedalam akun dari akibat aktifitas ekonomi didalam orang
luar/asing.” Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas
positif terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di
televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi ketika
proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air.
Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari pemerintah, pajak,
atau subsidi, atau dengan menggunakan hak properti untuk memaksa perusahaan
atau perorangan untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf yang
seharusnya.
• Barang publik seperti pertahanan nasional dan kegiatan
dalam kesehatan publik seperti pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika
membasmi sarang nyamuk diserahkan pada pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit
sarang yang mungkin akan dibasmi. Untuk menyediakan penawaran yang baik dari
barang publik, negara biasanya menggunakan pajak-pajak yang mengharuskan semua
penduduk untuk membayar pda barang publik tersebut (berkaitan dengan
pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak ketiga/kesejahteraan
sosial).
• Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau
ketidak pastian (informasi yang inefisien). Informasi asimetris terjadi ketika
salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik
dari pihak yang lain. Biasanya para penjua yang lebih tahu tentang produk
tersebut daripada sang pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus ini.
Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui dimana mbil
tersebut telah digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi, informasi yang
tidak tersedia bagi pembeli. Contoh dimana pembeli memiliki informasi lebih
baik dari penjual merupaka penjualan rumah atau vila, yang mensyaratkan
kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang broker real estate membeli rumah ini
mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah tersebut dibandingkan anggota keluarga
yang ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertamakali oleh Kenneth J. Arrow di
artikel seminartentang kesehatan tahun 1963 berjudul “ketidakpastian dan
Kesejahteraan Ekonomi dari Kepedulian Kesehatan,” di dalam American Economic
Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris pada
karyanya ditahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof menyadari bahwa , dalam
pasar seperti itu, nilai rata-rata dari komoditas cenderung menurun, bahkan
untuk kualitas yang sangat sempurnakebaikannya, karena para pembelinya tidak
memiliki cara untuk mengetahui apakah produk yang mereka beli akan menjadi
sebuah “lemon” (produk yang menyesatkan).
Biaya
peluang
Walaupun biaya peluang (opportunity cost) terkadang
sulit untuk dihitung, efek dari biaya peluang sangatlah universal dan nyata
pada tingkat perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat diaplikasikan kepada semua
keputusan, dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak kemunculannya dalam karya
seorang ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser, sekarang biaya peluang
dilihat sebagai dasar dari teori nilai marjinal.
Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk
melakukan perhitungan dari sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan
menambahkan biaya ke proyek, tetapi juga mengenali cara alternatif lainnya
untuk menghabiskan suatu jumlah uang yang sama.
Keuntungan
yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah
merupakan biaya peluang dari pilihan pertama. Sebuah contoh umum adalah seorang
petani yang memilih mengolah pertaniannya dibandingkan dengan menyewakannya ke
tetangga. Maka, biaya peluangnya adalah keuntungan yang hilang dari menyewakan
lahan tersebut. Dalam kasus ini, sang petani mungkin mengharapkan untuk
mendapatkan
keuntungan
yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu juga dengan
memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima jika memilih
menjadi pekerja, yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku, dan barang lain
yang diperlukan (sebagai biaya total dari kehadirannya di universitas). Contoh
lainnya ialah biaya peluang dari melancong ke Bahamas, yang mungkin merupakan
uang untuk pembayaran cicilan rumah.
Perlu diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari
alternatif yang ada, melainkan lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan
alternatif yang terbaik. Biaya peluang yang mungkin dari keputusan sebuah kota
membangun rumah sakit di lahan kosong, merupakan kerugian dari lahan untuk
gelanggang olahraga, atau ketidakmampuan untuk menggunakan lahan menjadi sebuah
tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari menjual lahan tersebut, atau
kerugian dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam – tapi bukan merupakan
agregat dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang yang sebenarnya, merupakan
keuntungan yang akan hilang dalam jumlah terbesar diantara
alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi.
Satu pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana
menghitung keuntungan dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan
sebuah nilai uang yang dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi
pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang akan
menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita bandingkan. Contohnya,
untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak lingkungan, nilai uangnya
sangat sulit untuk dihitung karena ketidakpastian ilmiah. Menilai kehidupan
seorang manusia atau dampak ekonomi dari tumpahnya minyak di Alaska, akan
melibatkan banyak pilihan subyektif dengan implikasi etisnya.
Penerapan
ekonomi mikro
Ekonomi mikro yang diterapkan termasuk area besar
belajar, banyak diantaranya menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi
dan organisasi industri mempelajari topik seperti masuk dan keluar dari firma,
inovasi, aturan merek dagang.Hukum dan Ekonomi menerapkan prinsip ekonomi mikro
ke pemilihan dan penguatan dari berkompetisi dengan rezim legal dan efisiensi
relatifnya. Ekonomi Perburuhan mempelajari upah, kepegawaian, dan dinamika pasar
buruh. Finansial publik (juga dikenal dengan ekonomi publik) mempelajari
rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek ekonomi dari
kebijakan-kebijakan tersebut (contohnya, program asuransi sosial). Ekonomi
kesehatan mempelajari organisasi dari sistem kesehatan, termasuk peran dari
pegawai kesehatan dan program asuransi kesehatan.
Politik ekonomi mempelajari peran dari institusi
politik dalam menentukan keluarnya sebuah kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang
mempelajari tantangan yang dihadapi oleh kota-kota, seperti gepeng, polusi air
dan udara, kemacetan lalu-lintas, dan kemiskinan, digambarkan dalam geografi
kependudukan dan sosiologi. Finansial Ekonomi mempelajari topik seperti
struktur dari portofolio yang optimal, rasio dari pengembalian ke modal,
analisa ekonometri dari keamanan pengembalian, dan kebiasaan
finansial
korporat. Bidang Sejarah ekonomi mempelajari evolusi dari ekonomi dan institusi
ekonomi, menggunakan metode dan teknik dari bidang ekonomi, sejarah, geografi,
sosiologi, psikologi dan ilmu politik.
Mekanisme harga dan
Sistem Pasar
Semua anggota
Masyarakat terlibat dalam dua sektor yaitu :
1. Sektor proses
produksi
2. Sektor rumah tangga.
Transaksi antara
kedua sektor tersebut terjadi di dua pasar :
1. Pasar hasil produksi
(atau pasar output)
Di pasar output
produsen bertemu konsumen dan harga dari berbagai macam barang ditentukan. Gerak
harga-harga output ini memecahkan masalah WHAT.
2. Pasar faktor produksi (atau pasar input).
Di pasar input,
sektor produksi berperan sebagai “konsumen” faktor produksi dan sektor rumah tangga sebagai “penjual”
faktor produksi (karena semua penduduk tinggal di sektor rumah tangga, maka semua pemilik faktor produksi ada di sana).
Harga berbagai faktor produksi ditentukan di pasar ini. Gerak harga faktor
produksi mempunyai dua fungsi:
a.
Memberi petunjuk kepada produsen bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor
produksiagar biaya produksiserendah mungkin (masalah HOW).
b.Menunjukkan beberapa
imbalan (per unit faktor produksi) yang diberikan kepada para pemilik faktor
produksi (masalah FOR WHOM).
Perlu diperhatikan
serta diingat di sini , adalah :
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Bahwa mekanisme harga
bisa memecahkan semua itu secara otomatis. Tidak ada perencanaan lebih
dulu.
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Masing-masing warga
masyarakat bertindak sendiri-sendiri, tetapi hasil akhir dari semua
tindakan-tindakan yang tidak terkoordinir itu akan membuat semrawutnya harga di pasaran.
Pemecahan tiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat adalah adanya mekanisme pasar. Karena :
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->mekanisme ini bisa memecahkan
ketiga masalah ekonomi pokok yang dihadapi masyarakat dengan biaya yang
sangat murah.
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Tidak perlu
masyarakat menggaji
birokrat-birokrat untuk menghitung dan merencanakan berapa masing-masing
barang yang harus diproduksikan, bagaimana dan untuk siapa.
Pada masyarakat industri modern, proses produksi
selalu dilakukan dengan menggunakan alat-alat, mesin dan barang-barang modal.
Akibat tersebut menimbulkan :
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Penggunaan
Barang-barang modal dalam proses produksi menaikkan produktivitas.
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Semakin
banyak barang-barang modal yang digunakan maka akan semakin tinggi
produktivitas masyarakat tersebut.
<!--[if !supportLists]-->3.<!--[endif]-->Barang-barang
modal dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tersebut tidak
memakai habis (atau tidak mengkonsumsi seluruh) barang-barang hasil produksi
yang dihasilkan tiap tahun.
<!--[if !supportLists]-->4.<!--[endif]-->Setiapaktivitas
Produksi setiap tahunnya harus diarahkan pada produksi barang-barang modal;
<!--[if !supportLists]-->5.<!--[endif]-->Barang-barang
ini disisihkan untuk ditambahkan pada stok barang-barang modal yang telah ada
di dalam masyarakan atau di investasikan.
Mekanisme harga juga mampu memecahkan masalah
penentuan berapa bagian dari hasil produksi total yang dikonsumsikan. Masalah
ini dipecahkan melalui gerakan harga faktor produksi modal (kapital), yaitu
tingkat bunga.
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Bila tingkat
bunga naik maka warga masyarakat akan bersediamenyisihkan lebih banyak dari
penghasilannya untuk dipinjamkan (Ditabung di bank) kepada
produsen-produksen ( Kredit ke bank) untuk memperluas pabrik-pabriknya,
yaitu dengan penambahan barang-barang modal investasinya, karena mendapat
imbalan berupa bunga yang lebih tinggi.
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Sebaliknya
bila tingkat bunga menurun maka warga masyarakat akan membelanjakan
penghasilannya sebagai barang produktif, diperjual belikan.
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Keberadaan tingkat bunga akan menentukan berapa besar
konsumsi dan seberapa besarnya investasi.
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->karena besarnya investasimenentukan besarnya kenaikan
produktivitas.
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Kenaikan produktivitas; menentukan besarnya kenaikan
prosuksi ini berarti meningkatkan produksi masyarakat yang menimbulkan kenaikan
penghasilan masyarakat.
#Maka tingkat bunga menentukan pertumbuhan ekonomi
masyarakat. Sehingga bisa dikatakan bahwa mekanisme harga memecahkan masalah
ekonomi pokok yang keempat yaitu seberapa cepat perekonomian akan tumbuh atau
masalah HOW FAST
PERENCANAAN
DAN MEKANISME HARGA
Mekanisme harga dikatakan mampu memecahkan semua
permasalahan ekonomi. Namun untuk masalah-masalah ekonomi penting tertentu,
Mekanisme harga tidak bisa memecahkan permasalahan dengan baik. Masalah-masalah
Ekonomi lainya di mana mekanisme harga tidak memecahkan masalah ekonomi dengan
baik yaitu :
a.Distribusi pendapatan.
Mekanisme harga tidak selalu bisa menjamin
dipecahkannya masalah FOR WHOM secara “adil”.
b.Ketidaksempurnaan pasar
Apabila terdapat perbedaan yang menyolok dalam hal
kekuatan ekonomi antara pihak-pihak yang bertransaksi di pasar, maka harga yang
terbentuk tidak mencerminkan prioritas masyarakat secara wajar, sehingga
masalah WHAT dan HOW tidak bisa dipecahkan dengan baik.
c.Barang-barang kolektif
Ada barang-barang yang hanya bisa disediakan secara
kolektif oleh masyarakat (misalnya : keamanan, ketertiban hukum, beberapa macam
infrastruktur dan sebagainya). Harga pasar bagi barang-barang semacam ini tidak
ada, atau kalaupun ada tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya.
Lagi, masalah WHAT untuk barang-barang ini tidak bisa dipecahkan dengan baik
oleh mekanisme harga.
d.Eksternalitas
Mekanisme pasar tidak bisa memperhitungkan
pengaruh-pengaruh tidak langsung dari kegiatan ekonomi ( misalnya, pengaruh
suatu pabrik terhadap lingkungan ).
<!--[if !supportLists]-->e.<!--[endif]-->Pengelolaan
perekonomian secara makro
Dalam perekonomian Makro Mekanisme pasar tidak bisa
diandalkan untuk menstabilkan gejolak naik turunnya kegiatan ekonomi nasional
secara total.
Pada kelima bidang masalah ekonomi ini, mekanisme
harga tidak bisa diharapkan menyelesaikan permasalahan ekonomi secara otomatis
dengan baik, Di sini perlu tindakan-tindakan yang dirumuskan dan dijalankan
secara sadar oleh masyarakat (Negara). Tindakan-tindakan ini disebut perencanaan
dalam arti luas. Di luar bidang-bidang ini mekanisme masih efektif.. Dalam
kenyataan mekanisme harga dan perencanaan digunakan bersama-sama, karena
keduanya saling melengkapi. tentunya Dengan “porsi” yang berbeda-beda bagi
masing-masing negara dan bagi waktu yang berbeda).
PERMINTAAN
PASARdan PERILAKU KONSUMEN
Sector rumah
tangga sebagai konsumen di pasar output. Akan berakibat :
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Perilaku
konsumen dalam memutuskan berapa jumlah masing-masing barang yang akan dibeli
dalam berbagai situasi.
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Konsumen-konsumen
secara bersama-sama menimbulkan permintaan di pasar.
PENDEKATAN –
PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN
Hukum
Permintaan, yang mengatakan bahwa “bilasesuatu barang naik maka ceteris paribus
jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun”. Dan sebaliknya bila
harga barang tersebut turun. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor
lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah.
Pendekatanyang dinyatakan oleh Hukum Permintaan :
- Pendekatan marginal utility,yang bertitik tolak pada anggapan bahwa
kepuasan(atau utility) setiap konsumen bisa diukurdengan uang atau dengan
satuan lain (utility yang ber-sifat “cardinal”) seperti kita mengukur
volume air, panjang jalan atau berat dari sekarung beras.
- Pendekatan indifference curve, yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa
kepuasan konsumen bisa diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa
tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah
tanpa me-ngatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah.
PENDEKATAN
MARGINAL UTILITY
Perilaku konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan
pendekatan marginal utility sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->(a)<!--[endif]-->Utility bisa
diukur dengan uang, dan
<!--[if !supportLists]-->(b)<!--[endif]-->Hukum Gossen
(law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu bahwa semakin banyak
sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan (marginal utility) yang
diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun, dan
<!--[if !supportLists]-->(c)<!--[endif]-->Konsumen
selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.
Perhatikan perbedaan antara kepuasan total (total
utility) dan kepuasan marjinal (marginal utility).
Pada Gambar1 marginal utility diatas :
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Dari
konsumsi suatu barang X , Semakin banyak barang X yang dikonsumsikan, semakin
kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X yang terakhir dikonsumsikan
[anggapan (b) di atas].
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Bila harga
barang X adalah OPx, maka pada tingkat konsumsi yang lebihrendah dari 0X 3,
tingkat kepuasan total (total utility) konsumen belum mencapai maksimum.
Misalnya pada tingkat konsumsi OX1, maka setiap tambahan pembelian 1 (satu)
unit X akan memberikan tambahan kepuasan (yang dinilai dengan uang) sebesar X1
B sedangkan pengorbanan (berupa pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah
hanya X1 A ( = OPx).
Jadi ada tambahan kepuasan netto sebesar AB bila
konsumen membeli lebih banyak X. Oleh sebab itu masih menguntungkan baginya
apabila ia menambah pembelian barang X.
<!--[if !supportLists]-->3.<!--[endif]-->Sebaliknya,
pada tingkat konsumsi lebih besar dari OX 3 maka kepuasan total konsumen juga
tidak maksimum. Misalnya pada imgkat konsumsi OX2, maka tambahan kepuasan yang
diperoleh dari pembelian 1 (satu) unit terakhir dari barang X hanya sebesar
X2E, sedangkan pengorbanan konsumen adalah sebesar X2D (= OPx); jadi
<!--[if !supportLists]-->4.<!--[endif]-->Akan
menambah kepuasan total konsumen bila ia mengurangi tingkat konsumsi
(pembeliannya). Konsumen akan mencapai kepuasan total yangmaksimum pada tingkat
konsumsi (pembelian) di mana pengorbanan untuk pembelian unit terakhir dari
barang tersebut (yang tidak lain adalah harga unit terakhir tersebut) adalah
sama dengan kepuasan tambahan yang didapatkan dari unit terakhir tersebut.
Kepuasan total maksimum tercapai bila :
Penjelasannya :
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Bila
seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi OPx, maka untuk mencapai posisi
kepuasan total yang maksimum (atau sering disebut posisi equilibrium konsumen),
konsumen akan me-milih tingkat konsumsi (pembelian) sebesar OX4 (yang lebih
kecil dari OX3). Jadi perilaku konsumen yang dinyatakan oleh Hukum Permintaan
terbukti.
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Perhatikan
bahwa dengan pendekatan marginal utility ini, kurva Marginal Utility (yang
diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva permintaan konsumen, karena
menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia minta) pada berbagai
tingkat harga.
Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam
barang yang dibeli, maka posisi equilibrium konsumen adalah :
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Syarat ini
bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (atau penghasilan
atau “budget” yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap barang sampai marginal
utility setiap barang sama dengan harga masing-masing barang.
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Bila kita
menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana konsumen hanya mempunyai
sejumlah uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli barang-barang sampai
pada tingkat MU = P untuk setiap barang, maka bisa dibuktikan bahwa dengan uang
yang ter-batas tersebut ia bisa mencapai kepuasan total yang paling tinggi bila
ia mengalokasikan pembelanjaannya sehingga dipenuhi persyaratan tersebut :
Syarat ini disebut equilibrium konsumen dengan
constraint. (Yaitu dengan pembatasan jumlah uang yang dipunyai).
Dalam kasus banyak barang ini pun kita bisa
menunjukkan bahwa Hukum Permintaan berlaku bagi masing-masing barang (X, Y,Z
dan seterusnya).
PENDEKATAN
INDIFFERENCE CURVE
Perilaku konsumen bisa pula diterangkan dengan
pendekatan Indifference curve sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->(a)<!--[endif]-->konsumen
mempunyai pola preferensi akan baarang-barang konsumsi (misalnya X dan Y) yang
bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari indifference
curve,
<!--[if !supportLists]-->(b)<!--[endif]-->konsumen
mempunyai sejumlah uang tertentu dan
<!--[if !supportLists]-->(c)<!--[endif]-->konsumen
lelaluberusaha mencapaikepuasan maksimum.
Definisi:
Indifference curve adalah
konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasanyang
sama.
Asumsi:
Indifference curve :
<!--[if !supportLists]-->a.<!--[endif]-->turun dari
kiri atas ke kanan bawah,
<!--[if !supportLists]-->b.<!--[endif]-->cembung ke
arah origin,
<!--[if !supportLists]-->c.<!--[endif]-->tidak saling
memotong,
<!--[if !supportLists]-->d.<!--[endif]-->yang terletak
di sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi ( tanpa
perlu menunjukkan berapa lebih tinggi, yaitu asumsi ordinal ulility)
Gambar
Perliatikan Gambar .2. di atas. Dengan sejumlah uang
ter-tentu (M) konsumen bisa membelikannya semua untuk barang X
memperoleh
sebanyak :M/Px ataumembelikannyasemua untuk barang Y dan memperoleh M/Pyatau
membelanjakan jumlah uang M tersebut untuk berbagai kemungkinan kombinasi X dan
Y seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan M/Pxdan M/Py
Garis ini disebut garis budget atau budget line.
Tingkat kepuasan yang maksimum dicapai bila konsumen membelanjakan M untuk
membeli sebanyak OY 1 barang Y dan OX 1 barang X, yaitu pada posisi
persinggungan antara budget line dengan indifference curve.
(Posisi ini
menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium konsumen
dengan constraint (M) karena I 1 adalah Indifference curve yang tertinggi yang
bisa dicapai oleh budget line tersebut; posisi selain A hanya bisa mencapai
indifference curve yang lebih rendah dari I 1).
bila harga X turun dari Px menjadi P’x dan harga Y
tetap. Maka budget line akan berayun ke kanan menjadi garisM/Py <->
M/PxPosisi equilibrium yang baru adalah pada C.
Jadi dengan adanya penurunan harga barang X, maka
jumlah barang X yniig diminta naik dari OX 1 menjadi OX 3. Perilaku konsumen
Menurut
Hukum Permintaan terbukti.
Keunggulan
pendekatan Indifference Curve dibanding dengan pendekatan Marginal Utility,
adalah :
(a) tidak perlunya menganggap Bahwa utility konsumen
bersifat cardinal,
(b) efek perubahan harga terhadap jumlah yang diminta
bisa dipecah lebih lanjut menjadi dua, yaitu efek substitusi atau substitution
effect dan efek pendapatan atau income effect. Dari gambar di atas, efek total
dari penurunan harga :
<!--[if !supportLists]-->·<!--[endif]-->barang X dari Px menjadi P’x dapat dipecah menjadi X1 X2 = substitution
effect dan X2 X3 = income effect.
<!--[if !supportLists]-->·<!--[endif]-->Substitution effect didalam contoh ini adalah kenaikan konsumsi X karena
adanya substitusi Y dengan X, karena sekarang harga X relatif menjadi lebih
rendah dibanding harga Y.
<!--[if !supportLists]-->·<!--[endif]-->Income effect adalah kenaikan X, yang (disebabkan oleh kenaikan income riil
karena turunnya harga X; yaitu nilai M secara riil naik karena Px turun.
Contoh : Apabila dengan gajiDoni Rp 100.000,00, maka
doni sekarang bisa membeli 500 kg beras sedang sebelumnya hanya 400 kg beras,
karena harga beras turun dari Rp 500,00 menjadi Rp 400,00 per kg, maka daya
beli Doni meningkat, atau income riil Doni meningkat, meskipun M Doni tetap Rp
100.000,00).
Keunggulan lain dari pendekatan indifference curve
adalah bisa ditunjukkannya beberapa faktor lain yang sangat penting yang
mempengaruhi permintaan konsumen akan sesuatu barang. Faktor-faktor ini (yang
di dalam Hukum Permintaan dianggap tidak berubah, atau ceteris paribus) adalah
:
a.Penghasilan atau income riilkonsumen. Kenaikan
income riil konsumen, yang dicerminkan oleh kenaikan M bila harga-harga barang
dianggap tetap, biasanya menaikkan permintaan konsumen. Keadaan seperti ini
berlaku bagi barang-barang pada umumnya, atau barang “normal”. Pengecualian
terjadi untuk barang-barang “inferior”, di mana kenaikan income riil menurunkan
permintaan akan barang tersebut (income effect negatif). Contoh barang inferior
adalah gaplek dari rumah tangga-rumah tangga di kota-kota. Barang inferior
tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan barang yang kita beli adalah barang normal.
Gambar berikut menggambarkan pengaruh perubahan income terhadap jumlah barang
yang diminta.
06
b. Perubahan harga barang lain. Perubahan harga barang
yang mempunyai “hubungan” ekat dengan suatu barang bisa pula mempengaruhi
permintaan akan barang tersebut. Perubahan liarga Y bisa mempengaruhi
permintaan akan barang X. Gambar 111.4. berikut enunjukkan dua pengaruh yang
berbeda dari perubahan harga Y terhadap jumlah barang X yang diminta.
07
c. Selera konsumen. Perubahan selera konsumen bisa ditunjuk-k;in
oleh perubahan bentuk atau posisi dari indifference map. I anpa ada perubahan
harga barang-barang maupun income, permintaan akan sesuatu barang bisa berubah
karena perubahan selera.
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Permintaan (demand function) adalah : Jumlah suatu
barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada pelbagai kemungkinan harga,
dalam jangka waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain akan tetap sama (
Cateris Paribus)
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Penawaran adalah : Jumlah dari suatu barang tertentu
yang mau dijual pada pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu (cateris
paribus)
Hukum
Permintaan
Kurve
permintaan untuk pelbagai macam barang dan jasa tidak semuanya tepat sama.
Bahkan kurve permintaan akan barang yang sama pun dapat berbeda menurut tempat
dan waktu yang berbeda. Tetapi semua kurve permintaan menunjukkan satu ciri
yang sama, yaitu arahnya yang turun dan kiri-atas ke kanan-bawah (downward
sloping to the right). Bentuk kurve mi menunjukkan bahwa antara HARGA (P) dan
JUMLAH YANG MAU DIBELT (Qd) terdapat suatu hubungan yang berbalikan:
<!--[if !supportLists]-->-<!--[endif]-->Kalau harga
naik, jumlah yang mau dibeli berkurang
<!--[if !supportLists]-->-<!--[endif]-->Kalau harga
turun, jumlah yang mau dibeli bertambah
Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Permintaan, yang
dapat dirumuskan sbb.: Orang cenderung membeli lebih banyakpada harga rendah
daripadapada harga tinggi. Disehut “hukum” karena merupakan gejala umum yang
sulit dicari perkecualiannya.
Hal ini terjadi karenaHukum permintaan menunjuk pada
fakta bahwa, kalau harga suatu barang/jasa naik, jumlah yang akan dibeli
cenderung menjadi Iebih sedikit, sedang kalau harganya turun, jumlah yang mau
dibeli oleh masyarakat akan lebih banyak. Sekarang kita her- tanya: mengapa
terjadi demikian? Apa sebabnyajumlah yang mau dibeli berkurang bila harga
barang itu naik, dan bertambah bila harganya turun? Pada dasarnya ada tiga
alasan yang dapat menjelaskan gejala tsb.:
I. Pengaruh
penghasilan (Income effect)
Kalau harga suatu barang naik, maka denganjumlah
penghasilan uang yang sama orang terpaksa hanya dapat membeli barang lebih
sedikit. Sebaliknyajika harga barang tu turun, dengan penghasilan yang sama
orang dapat membeli lebih banyak dan barang ybs., (dan mungkinjuga dan
barang-barang lain pula), sebab penghasilan realnya naik.
Misalnya datam contoh di atas: pada harga beras Rp
400-/kg, keluarga ybs. dapat membeli 50kg beras perbulan. Tetapi kalau harga
beras naik menjadi Rp 500, 1kg, denganjumlah uang yang sama rncrcka hanya dapat
membeli 40 kg beras per bulan.
Hal yang sama berlaku tidak hanya untuk permintaan
individual tetapi juga untuk permintaan pasar. Kalau harga suatu barang naik
(ceteris paribus), Iebih sedikit warga masyarakat yang mampu membelinya dengan
penghasilan mereka. Sebaliknya jika harga barang tertentu turun (ceteris
paribus), semakin banyak orang yang dulu tidak mampu membelinya sekarang akan
dapat menjangkaunya, sehingga jumlah pembeli bertambah banyak. Hal mi disebut
“income effect’:
2. Pengarub
substitusi (Substitution effect)
Jika harga suatu barang naik, orang akan mencari
barang lain yang fungsinya sama tetapi harganya lebih murah. Penggantian mi
dengan istilah teknis disebut substitusi. Maka gejala mi disebut “substitution
effect”.
3.
Penghargaan subyektif (Marginal Utility)
Andaikan seseorang hanya mernpunyai satu pasang sepatu
saja. Maka ia akan menilai sepatunya itu lebih tinggi daripada scandainya ia
mempunyai sepuluh pasang. Kalau sepatunya itu rusak ia akan bersedia
mengeluarkan uang untuk membeli sepasang sepatu yang barn, walau harganya
mahal. Sebaliknya kalau orang mempunyai sepuluh pasang sepatu, ia tidak akan
merasa kerugian besar kalau kehilangan satu pasang sepatu, dan ia tidak begitu
bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepatu lebih banyak lagi. Jadi makin
banyak dan satu macam barang tertentu yang telah dimiliki, makin rendah
penghargaan kita terhadap barang itu.
Tinggi-rendahnya harga yang bersedia dibayar oleh
konsumen untuk barang tertentu mencerminkan kegunaan atau kepuasan (Marginal)
yang diperolehnya dan konsumsi barang tsb. Gejala mi dikenal dengan nama Hukum
Semakin Berkurangnya Tambahan Kepuasan (Law of Diminishing Marginal Utility —
LDMU), atau Hukum Gossen ke-I.
>
Persamaan fungsi permintaan
Antara HARGA (P) suatu barang dan JUMLAH yang mau
dibeli (Qd) ternyata ada hubungan fungsional yang kurang-lebih tetap. Dikatakan
jumlah yang mau dibeli merupakan fungsi dan harga. artinya: besar-kecilnya Qd
tergantung dan tinggi-rendahnya P. Hubungan tersebut secara matematik dapat
dinyatakan dalam bentuk sebuah persamaan, yang bila dilukiskan dalam grafik
menjadi kurve permintaan.
Kehanyakan
kurve perrnintaan berbentuk garis melengkung yang menyerupai hentuk hiperbola.
BeHtuk umurn persamaan hiperbola adalah:
a
y=—+ b
x
Tetapi untuk
rnenyederhanakan, garis rnelengkung di daerah yang penting dapat “didekati”
dengan garis lurus. Bentuk umum persamaan garis lurus adalah:
y = mx + b
dimana untuk
kurve perrnintaan koefisien arahnya (rn = gradien) bertanda negatif.
Sebagai
contoh. dalam Gambar 1.3 dilukiskan dua bentuk kurve permintaan, yaitu:
D : P = 200
— 2,5 Q (garis lurus)
D: P= 200
+ 50 (garis melengkung)
Q
Dalam kenyataannya tidaklah mudah untuk memastikan
bentuk dan letak kurve permintaan akan suatu barang. Bagairnana tepatnya kurve
perrnintaan dan persamaannya hanya dapat dipastikan atas dasarpenelitian pasar
dengan bantuan Statistika. Dan hcrbagai tempat dan pada pelbagai waktu harus
dikumpulkan informasi herapajumlah dan barang tertentu yang mau dibeli oleh
masyarakat pada pelbagai tingkat harga. Informasi yang diperoleh belum tentu
menghasilkan sebuah kurve permintaan yang “bagus” seperti dalam contoh di atas.
Tetapi dengan bantuan matematika dapat dihitung garis rata-rata (garis regresi,
dan diagram tebar) yang dapat “mendekati” (mencerminkan) keadaan nyata.
08
1.2.
PERUBAHAN DALAM PERMINTAAN
Inti dan pengertian permintaan yang dibicarakan
sarnpai sekarang adalah hubungan antara HARGA suatu barang/jasa dan JUMLAH YANG
DIMINTA j ika P naik, Qd herkurang; sebaliknyajika P turun, Q1 akan bertambah:
Q, herubuh sebagaiAKlBATa’ari perubahan P. Dalam kurve permintaan hubungan tsb.
kelihatan dan arah kurve yang turun ke kanan-bawah: jika harga barang turun,
akibatnyajumlah yang mau dibeli bertambah, dan kita berjalan dan titik yang
satu ke titik yang lain pada kurvc permintaan yang sama seperti telah
digambarkan itu.
Tetapi
kenyataannya dapat teijadi bahwa ada perubahan dalam jumlah yang diminta tanpa
ada perubahan harga. Mungkin juga ada perubahan harga, tetapi tidak diikuti
oleh perubahan dalam jumlah yang mau dibeli. Dalam hal mi kombinasi dan P dan Q
semula ternyata sudah tidak berlaku dan dikatakan ada perubahan dalarn
permintaan (change in Demand). Bagaimana hal itu dapat terjadi?
Ceteris Paribus
Daftar
permintaan akan barang tertentu, dan kurve permintaan yang dibuat atas dasar
daftar tsb. selalu disusun dengan anggapan ‘ceteris paribus’. Maksudnya ialah:
dan berbagai
faktor yang inungkin dapat mempengaruhi permintaan masyarakat akan suatu
barang, kita hanya memperhatikan huhungan antara jumlah yang diminta dan harga
barang ybs. Semua faktor lain yang mungkin ikut mempengaruhi jumlah yang mau
dibeli itu untuk sementara waktu tidak diperhatikan dulu, atau dianggap
konstan, tidak berubah.
Apa yang
dianggap sama?
Faktor-faktor lain (selain harga barang ybs.) yang
ikut mempengaruhi permintaan masyarakat akan suatu barang, (tetapi tidaklbelum
diperhatikan karena dianggap sama atau tidak berpengaruh) adalah:
1. Jumlah
pembeli/konsumen
2. Besarnya penghasilan
yang tersedia untuk dibelanjakan
3. Harga
barang-barang lain
4. Pengaruh
musim, mode, selera, kebiasaan, perubahan jaman, pengaruh lingkungan
5. Harapan
atau pandangan orang tentang masa depan.
Dalam
kenyataan jelas hal-hal tsh. tidak selalu sama atau konstan. Maka apa yang
terjadi jika satu atau lebih dan faktor-faktor tsb. berubah?
Jika ada
perubahan dalam salah satu atau lebih dan faktor tsb., maka seluruh permintaan,
yaitu kombinasi dan [harga sekian; jumlah yang mau dibeli sekian] akan berubah
juga. Jika digambarkan dalam grafik, seluruh kurve permintaan akan bergeser
menjadi kurve permintaan yang baru, yang berbeda dan yang semula.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan:
1. Jumlah
pembeli: jika jumlah pembeli suatu barang
tertentu bertambah, maka pada harga yang sama jumlah yang man diheli hcrtamhah
hanyak juga. dan kurve permintaan akan bergeser ke kanan. Hal mi dapat terjadi
misalnya karena pertambahan penduduk, perbaikan transport sehingga barang
tertentu dapat terjual di daerah lain pula, berhasilnya usaha
promosi/perikianan, dsb. Misalnya pada awal tahun pelajaran baru permintaan
akan alat-alat tulis tentu bertambah.
2. Besar
penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan
jelas berpcngaruh sekali terhadap permintaan. Dan penghasilan yang lebih tinggi
orang akan dapat membeli lebih banyak dan segala macam barang dan jasa.
Dalam hal mi hanya ada satu perkecualian, yaitu yang
disebut inferior goods (atau juga disebut “Giffen goods”), yaitu barang-barang
yang permintaannyajustru berkurang bila penghasilan konsumen naik. Misalnya
orang miskin, yang terpaksa hanya makan gaplek atau jagung, dengan naiknya
penghasilan akan menggantikan gaplek dengan nasi, sehingga permintaan akan
gaplek/jagung berkurang. Semua barang lain disebut ‘normal goods’ artinya
barang yang pemiintaannya naik apabila pendapatan konsumen naik.
Pengaruh perubahan penghasilan terhadap permintaan
akan suatu barang dapat diukur dan diperhitungkan, dengan jalan membandingkan
persentase kenaikan jumlah yang diminta dengan persentase kenaikan penghasilan
konsumen. mi disebut elastisitas pendapatan.
3. Harga
barang-barang lain ikut
mempengaruhi permintaan. Apakah kenaikan harga barang lain itu memperbesar atau
justru memperkecil perrnintaan masyarakat akan suatu barang tertentu itu tergantung
apakah barang lain itu barang pelengkap (= komplementer), barang pengganti (=
substitut) atau barang lepas (= independent! netral).
> Barang pelengkap (komplementer)
Misalnya sepeda motor, bensin dan oli saling
melengkapi. Jika harga sepeda motor turun, maka jumlah sepeda motor yang
diininta akan bertambah. Akibatnya permintaan akan bensin bertambah pula.
Demikian pula permintaan akan oil ikut bertambahjuga.
> Barang pengganti (substitut)
Misalnya kopi dan teh, rokok merk yang satu dan merk yang
lain, kereta api dan bis malam, bis dan colt itu dapat saling mengganti. Kalau
harga karcis kereta api naik, lebih banyak orang akan naik bis. Jadi bila harga
barang yang satu naik,jumlah yang diminta dan barang tersebut akan berkurang,
tetapi jumlah yang diminta dan barang substitutnya justru akan bertambah.
> Barang lepas (independent)
Barang independent adalah barang yang tidak ada
hubungan atau pengaruh timbal-balik satu sama lain. Apabila harga barang lain
itu naik, mungkin pendapatan real berkurang (= ada income effect) dan hal mi
secara tidak Iangsung dapat berpengaruh terhadap jumhah barang/jasa yang
diminta.
4. Musim,
selera, mode, kebiasaan, perubahan jaman, Iingkungan sosial juga berpengaruh terhadap permintaan. Misalnya
permintaan akan payung pada awalmusim hujan. Terutama mode pakaian dapat
berubah dalam waktu singkat. Kemajuan zaman dapat menyebabkan bahwa harang yang
dulu dipandang sebagai barang mewah (radio, kaset, walk-man, komputer,jam
tangan, sepeda motor, TV, dsb.) lama-kelamaan menjadi barang yang biasa.
5.
Harapan/pandangan tentang masa yang akan datang dan faktor-faktor psikologis lainnya dapat
menyebabkan perubahan-perubahan yang mendadak dalam
permintaan
masyarakat. Misalnya desas-desus atau rasa takut bahwa harga-harga akan naik mendorong
orang untuk segera membeli banyak (sebelum harga naik) sehingga jumlah yang
diminta akan naik pada harga yang sama.
Jadi akibat dan perubahan dalam salah satu atau lehih
dan faktortsb. di atas ialah:
suatu
kombinasi yang baru antara harga dan jumlah yang mau dibeli; berarti bahwa
seluruh permintaan berubah. Jika perubahan dalam permintaan tsb. di atas
digambarkan dalam grafik, kurve permintaan semula “bergeser” ke kanan atau ke
kin menjadi kurve permintaan yang baru.
Pergeseran
kurve permintaan
Bila permintaan bertambah, maka kurve permintaan
bergeser ke kanan-atas seperti pada gambar dibawah Artinya:
<!--[if !supportLists]-->—<!--[endif]-->Para
konsumen mau membeli lebih banyak dan suatu harang tertentu pada tingkat harga
yang berlaku. Misalnya pada harga Rp 1.000,- jumlah yang diminta bertambah dan
5 menjadi 8 satuan (dan titik A —> E).
<!--[if !supportLists]-->—<!--[endif]-->Jumlah
barang yang mau dibeli sama, meskipun harga barang telah naik. Misainya harga
naik dan Rp 1 .000,- menjadi Rp 2.000,- tetapi jurnlah yang mau dibeli tetap 5
satuan (dan A —> C).
09
Perubahan
Dalam Penawaran
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Kurve Penawaran Tertentu selalu digambarkan dengan
Anggapan “ Cateris Paribus “ (bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi
jumlah yang diminta dianggap tidak berubah )
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Yang dianggap sama Dalam Hal ini :
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Jumlah
Produsen di Pasar
> Jika jumlah
Produksen Bertambah, penawaran total juga akan bertambah , pada tingkat harga
yang berlaku, lebih banyak barang/ jasa yang ditawarkan untuk dijual di
pasaran. Atau kalau harga pasar turun karena persaingan antara produksen tsb,
jumlah yang sama mau dijual juga meskipun pada harga yang lebih rendah.
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Harga
Faktor-Faktor Produksi
>>Bersama
dengan Tehnik Produkssi, Harga Faktor-Faktor Produksimerupakan input dalam
proses produksi, menentukan biaya produksi. Misalnya jika harga bahan baku
turun, maka produksen :
<!--[if !supportLists]-->-<!--[endif]-->dapat
menjual (menghasilkan) lebih banyak pada tingkat harga yang sama dan /atau.
<!--[if !supportLists]-->-<!--[endif]-->dapat
menghasilkan dan menjual jumlah yang sama pada harga yang lebih rendah, ini
berarti penawaran bertambah dan kurve supply bergeser ke kanan kebawah.
10
Sebaliknya jika harga bahan-bahan dan input-input
lainnya naik, sehingga biaya produksi bertambah, maka :
<!--[if !supportLists]-->-<!--[endif]-->Jumlah
barang yang sama hanya akan dijual pada harga lebih tinggi
<!--[if !supportLists]-->-<!--[endif]-->Pada tingkat
harga yang sama jumlah yang ditawarkan lebih sedikit.
Ini berarti penawaran berkurang, dan kurve supply
bergeser ke kiri atas. Lihat kurve B
<!--[if !supportLists]-->3.<!--[endif]-->Harga
Barang-barang Lain :
Jika berubah, penawaran barang tertentu mungkin
bertambah, mungkin berkurang, tergantung jenis barang dan hubungannya satu sama
lain (barang pengganti, barang pelengkap atau barang lepas.
<!--[if !supportLists]-->4.<!--[endif]-->Harapan atau
perkiraan para produksen/penjual tentang masa yang akan datang.
<!--[if !supportLists]-->a.<!--[endif]-->Jika
diperkirakan harga akan naik, apakah para penjual segera akan menjual seluruh
persediannya ? (Jawab : Tidak,bahkan sebaliknya, banyak yang akan menahan
barangnya, menunggu kenaikan harga < dan akibatnya harga memang akan naik
>
<!--[if !supportLists]-->b.<!--[endif]-->Jika
diperkirakan harga akan Turun, apakah para penjual tidak akan menjual seluruh
persediannya ? (Jawab : Tidak,bahkan sebaliknya, banyak yang akan menjual semua
barang persediannya selama harga belum merosot < dan akibatnya harga memang
akan merosot/turun >
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Harga Pasar
<!--[if !supportLists]-->-<!--[endif]-->Jumlah yang
mau dibeli di tunjukkan dengan Q d
<!--[if !supportLists]-->-<!--[endif]-->Jumlah yang
mau dijualdi tunjukkan dengan Q s
<!--[if !supportLists]-->-<!--[endif]-->Berbagai
kemungkinan harga di tunjukkan dengan P
<!--[if !supportLists]-->·<!--[endif]-->Pengertian Pasar adalah
tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual
beli barang.
<!--[if !supportLists]-->·<!--[endif]-->Pengertian Pasar dalam ilmu ekonomi lebih luas lagi yaitu Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran,
seluruh kontak antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa.
Setiap barang yang diperjual belikan ada pasarnya. Contoh
: ada pasar ikan, tetapi juga ada pasar rokok kretek, pasar tekstil,
pasar modal dan pasar tenaga kerja.
<!--[if !supportLists]-->·<!--[endif]-->Fungsi Pasar adalah : sebagai
mata rantai yang mempertemukan penjual yang mempunyai barang dan menginginkan
uang, dengan pembeli yang mempunyai uang dan menginginkan barang. Penjual dan
pembeli tidak bertemu muka , tetapi dapat juga melalui surat atau telepon.
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Pasar Sempurna adalah apabila semua pihak di pasar tersebut mengetahui seluruhkeadaan
pasar yaitu : harga-harga yang berlaku, jumlah-jumlah yang ditawarkan.
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->PasarPersaingan Sempurna terjadi apabila jumlah pembeli lebih banyak dan
jumlah penjual juga lebih banyak, yang semuanya menawarkan barang yang sifatnya
samaatau homogen. Misalnya barang jenis tertentucontoh ikan lele, karena jumlah
penjual banyak dimana masing-masing menawarkan sebagian kecil saja dari suplai
total, maka tidak ada penjual atau pembeli yang seorang diri mempengaruhi
harga, bila jumlah penjual dan pembeli yang bertemu di pasar banyak dan
terdapat koordinasi yang baik diantara mereka, untuk satu macam barang akan
terjadi satu harga. Yaitu harga pasar.
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Harga Keseimbangan
Untuk mengerti bagaimana permintaan dan penawaran
bersama-sama menentukan harga pasar, sebagai contoh kita pelajari terbentuknya
harga gula kelapa. Dalam masyarakat kita gula kelapa banyak pembelinya dan juga
banyak produsen/penjualnya(= bentuk pasar persaingan).
Dalam tabel di bawah mi dikumpulkan hasil pengamatan
pasar, yaitu berapa kg gula kelapa yang mau dibel i (Q1) dan berapa kg yang mau
dij ual (Q) pada berbagai harga(di daerah tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu, misalnya satu minggu atau satu bulan).
Tabel
Permintaan dan Penawaran Bawang Putih
11
Angka-angka dan tabel dapat juga digambarkan dalam
bentuk sebuah diagram. Karena mengenai barang yang sama, makajumlah yang mau
dibeli (D) dan jumlah yang mau dijual (•) dapat digambarkan dalam satu diagram.
Dan gambar segera tampak bahwa
<!--[if !supportLists]-->—<!--[endif]-->pada harga
pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli
sedikit;
<!--[if !supportLists]-->—<!--[endif]-->pada harga
rendah, para pembeli ingin membeli banyak, tetapi para penjual hanya mau
menjual sedikit.
Maka berapakah harga gula kelapa yang akhirnya akan
terjadi? Atau dengan kata lain: dan berbagai kemungkinan harga yang tercantum
dalam daftar di atas, harga yang manakah yang akan berlaku di pasaran?
Jawabannya ialah: dalam “interaksi” dan tawar menawar
antara para pembeli (yang membutuhkan barang dan bersedia membayar uang untuk
memperolehnya, diringkas Demand) dan para penjual (yang telah mengeluarkan
biaya untuk menghasilkan barang dan mau menjualnya dengan harga tertentu,
ringkasnya Supply) akhirnya akan terbentuk satu harga tertentu, yaitu harga
dimanajumlah yang mau dibeli (Qd) sama dengan jumlah yang mau dijual (Q). Harga
inilah yang disebut harga pasar atau harga keseimbangan (Equilibrium price).
Hal ini dengan mudah dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.
12
Keterangan Gambar .
Konfrontasi antara permintaan danpenawaran Bawang
Putih
Penjelasan :
a. Pada
Posisi Harga Rp 1000,-/kg
Apakah harga Rp 1000,-/kg dapat terjadi? Dapat! Sebab
memang ada beherapa icmbeli yang bersedia membayar harga setinggi itu. Apakah
harga Rp l000.-!kg akan inenjadi harga pasar yang umum berlaku? Tidak! Mengapa
tidak? Karena pada harga kp l000,-/kg para penjual mau menjual 11.000 kg.
Tetapi pada harga itu para pembeli Iianya mau membeli 5.000 kg!minggu. Jadi ada
kelebihan (= surplus) sebanyak 6000 kg yang tak terjual. Supaya barangnya laku
(supaya tak perlu disimpan lama, atau (lihawa pulang, supaya uangnya segera
kembali, dli.) tentu akan ada penjual yang bersedia menurunkan harga dan
menjual barangnya dengan harga yang Iebih rendah. Oleh karena itu harga Rp 1
000,-/kg tidak akan menjadi harga yang berlaku umum di pasaran.
Situasi seperti ini dengan istilah teknis disebut ‘buyers
market’ (pasar dikuasai oleh para pembeli). Para pembeli yang
merupakan pihak yang kuat, para penjual berada di pihak yang lemah; mereka
mencani-cari pembeli dan untuk itu bersedia menurunkan harga — hal mana
inenguntungkan bagi pembeli.
b. Pada
posisi harga jual Rp 400,- per kg
Sekarang kita teliti harga Rp 400,-/kg. Apakah harga
mi bisa menjadi harga pasar Yang berlaku umum? Tidak! Sebab pada harga itu
pmbeli mau membeli sebanyak I .000 kg gula per minggu (Qd = 11.000). Tetapi
para penjual hanya menyediakan ft 000 kg saja (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan
supply (= shortage) sehanyak 5.000 kg/minggu. Dalam situasi mi jelas ada
konsumen yang tidak mcndapatkan gula sehanyak yang diinginkan. Maka tentu akan
ada pembeli yang berani/ bersedia membayar Iiaiga Icbih tinggi. Oleh karena itu
harga Rp 400,-/kg tidak bisa menjadi harga pasar yang berlaku umum. dan
kalaupun terjadi jual-beli dengan harga itu, pasti tidak bisa tahan lama.
Siluasi pasar ini disehut ‘sellers market’:
para penjuallah yang menguasai pasara, sedang para pemheli di pihak yang
lemah. Untuk mendapatkan barang, para pembeli bersedia menaikan harga belinya,
yang akan menguntungkan para penjual.
Harga Rp
600,- per kg
Pada harga Rp 600,-/kg — dan hanya pada harga ini
—jumlah yang mau dibeli (Qd = 8.000 kg/minggu) danjumlah yang rnau dijual (Qs =
8.000 kg/minggu) tepat sama, tidak ada kekurangan dan tak ada kelebihan. Jadi
pada harga mi semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada alasan
untuk menaikkan/menurunkan harga lagi (ceteris parihus). Maka harga Rp 600,- mi
disebut harga keseimbangan (Equilibrium price). yaitu harga yang
menyeirnbangkan Permintaan dan Penawaran, atau P dimana Qd=Qs.
Kurve
Permintaan dan Penawaran
Hal yang sarna dapat juga dianalisis dengan
mempergunakan kurve. Untuk itu Gambar 1-8 di atas tadi dilukiskan kembali dalam
bentuk kurve permintaan dan penawaran. Lihat gambar 1-9, di mana kurve D dan
kurve S dilukiskan pada diagram yang sama. Jumlah (baik Qd maupun Qs) diukur
pada sumbu horisontal (sumbu X), sedang harga per satuan diukur pada sumbu
tegak (sumbu Y). Perpotongan kedua kurve tsb. menunjukkan harga keseimbangan:
pada harga Rp 600,-/kg, maka Qd = Qs = 8.000 kg/minggu.
13
Keterangan
Gambar Harga keseimbangan.
Kurve Permintaan (D) turun ke kanan-bawah. Kurve
Penawaran (S) naik ke kanan-atas. Perpotongan kurve D dun kurve S inenunjukkan
harga keseimbangan, yaitu P Rp 600/kg. Pada harga itun jumlah yang
diperjualbelikan Q = 8.000 kg/minggu.
Pada harga lebih tinggi, daripada harga keseimbangan
tsb., ada surplus hurang yang tak lequal; supaya harangnya laku, para penjual
terdorong untuk inenurunkan harga jual sa. Sehaliknya jada harga lebih rendah
daripada Rji 600/kg, adanya kekurangan bawang putih akan mendorong pembeli
menawar harga yang Iebth tinggi.
Dan grafik segera tampak bahwa pada semua harga yang
lebih tinggi daripada liarga keseimbangan (pada P>600), maka > q berarti
ada surplus. Surplus mi akan mendorong para penjual untuk menurunkan harga jualnya.
Pada harga yang lebih rendah itu, para penjual akan mengurangi jumlah yang
ditawarkan (= hiikum penawaran). .lika harga diturunkan, para pembeli akan
bersedia membeli lehih banyak atau Qd hertambah (hukum permintaan). Proses mi
berjalan terus sampai surplus tsb. hilang. .ladi misalnya apakah harga Rp
800/kg bisa terjadi? Bisa! Apakah harga Rp 800 akan dapat tahan larna? Tidak!
Sehab pada harga Rp 800/kg itu Q > Q. berarti masih tetap ada
surplus/kelebihan supply.
Demikian pula pada seniua harga lebih rendah daripada
harga kesei mbangan (pada P <600), maka Q1> Q ,jadi ada kekurangan supply
(Shortage). Kekurangan tsb. akan inendorong para pembeli untuk menawar dengan
harga lebih tinggi, agar rnendapatkan gula sebanyak dibutuhkan. Jika harga
dinaikkan, maka Qs akan bertambah dan Qd akan herkurang. sampai tercapai
keseimbangan. Jadi misalnya harga Rp 400/kg, apakah akan bisa tahan lama?
Tidak! Sebab pada harga itu Q < Q. Ceklah sendiri untuk harga Rp 1000 dan Rp
200.
Satu-satunya harga yang dapattahan lama ialah harga
dirnana Q1 = Q. Hanya pada harga itu tak ada kecenderungan menaikkan/menurunkan
harga atau untuk menambah/ incngurangi jumlah. Maka harga Rp 600 adalah harga
keseimbangan (Equilibrium price).
Secara
matematika
Hal yang sama dapat juga dirumuskan dalarn bahasa
matematika. Kenyataannya kurve D dan kurve S biasanya berbentuk garis
melengkung (hiperholalparabola). [elapi untuk menyederhanakan, dapat didekati
dengan garis-garis lurus di daerah Nlrategisnya. Misalnya kurve D dan gambar
harga keseimbangan diatas dapat didekati dengan garis lurus P = 1400 — 0,075 Q
atau P = 1200 0,1 Qd Sedang kurve S dapat didekati dengan paris P = —200 + 0,1
Q.
Contoh:
Pemintaan dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi
(persamaan) yang menunjukkin liuhungan antara harga barang (P) dan jumlah yang
mau dibeli (Q1). Rumus urnum iiiitiik fungsi permmntaan yang berbentuk garis
lurus adalah: P = a mQ. Misalnya P = 80 0,5 Q.
Ieiiawaran
pun dapat dinyatakan sebagai fungsi (persamaan) yang menunjukkan hubungan
antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dijual (Q). Rumus umum untuk fungsi
penawaran yang berbentuk garis lurus adalah: P = a + mQ. Misalnya: P = 20 + 0,5
Q.
Ditanyakan:
Berapakah harga keseimbangan. Hitunglah dan lukiskan kurvenya.
14
Perpotongan
kurve P dan kurve S menunjukkan harga keseimbangan, dimana Qd = Qv.
Perhatikan
bahwa hasil perhitungan dan titik potong dalam grafik harus cocok.
Proses
penyesuaian
Harga keseimbangan merupakan “persesuaian” antara
keinginan pembeli dan keinginan penjual, sehingga masing-masing pihak mendapat
apa yang diinginkan, tanpa adanya kekurangan/kejebihan Harga keseimbangan tidak
selalu tercapai. mi ternyata dan adanya persediaan barang-barang yang bertumpuk
di gudang karena tak laku terjual, atau dan kekurangan barang yang sering terjadi.
Untuk menyamakan permintaan dan penawaran diperlukan suatu proses penyesuaian,
yang biasanya memerlukan waktu (mungkin waktu yang cukup lama). Bila proses mi
digambarkan dalam kurve, akan kelihatan seperti sarang labah-lahah. Sebagai
contoh lihatlah gambar dibawah ini.
15
Keterangan
Gambar Proses Penyesuaian.
Pada P = 400, jumlah Qv = 50. Tetapi pada harga ini Qd
hanya 10. jumlah Qs = 50 hanya akan mau dibeli konsumen dengan harga P = 100.
Pada P = 100, Qd memang 50. tempat Qs hanya 15. jadi ada kekurangan, dan harga
akan naik. Untuk memperoleh jumlah sebanyak Q = 15 para pembeli bersedia
membayar P = 330. Pada P = 330, Q.s = 45. Tetapi Qs ,sebesar 45 hanya akan
dapat laku pada harga P = 130. Demikian seterusnya sampai akhirnya tercapai P =
200 dan Qd Q,s = 30.
Contoh lain untuk mengetahui bagaimana permintaan dan
penawaran bersama-sama menentukan harga pasar, dapat dilihat sebagai berikut :
16
-pada harga
pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau
membeli sedikit.
<!--[if !supportLists]-->-<!--[endif]-->pada harga
rendah, para pembeli ingin membelibanyak, tetapi para penjualhanya mau
menjualsedikit.
Pertanyaan :
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Berapa harga
Semangka Tanpa Biji yang akhirnya akan terjadi ?
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->dari
kemungkinan harga yang tercantum dalam table diatas, harga manakah yang akan
berlaku di pasaran ?
Jawaban :
Setelah terjadi interaksi antara pembeli dan penjual,
akhirnya akan terbentuk satu harga tertentu, yaitu harga dimana jumlah yang mau
dibeli Qd sama dengan jumlah yang mau dijual Qs. Harga inilah yang disebut
dengan harga pasar atau harga Keseimbangan.
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Pemahaman Tabel harga pasar semangka .
A. Untuk harga Rp. 2000/kg :
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Apakah Harga
Rp. 2000/kg dapat terjadi ? dapat ! sebab memang ada beberapa pembeli yang
bersedian membayar harga setinggi itu.
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Apakah Harga
Rp. 2000/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat ! karena pada
harga Rp. 2000/kg para penjual hanya mau menjual 13.000 kg. tetapi pada harga
itu pembeli hanya mau membeli 6000 kg/minggu. Jadi ada kelebihan sebanyak 7000
kg yang tak terjual.
<!--[if !supportLists]-->3.<!--[endif]-->Supaya
barangnya laku , maka akan ada penjual yang menurunkan harga danmenjual
barangnya dengan harga yang lebih rendah dari yang lain. Sehingga harga Rp.
2000/kg tidak akan berlaku menjadi harga umum dipasaran.
( pada situasi seperti ini dengan istilah Tehnis “
Buyer Market “ pasar dikuasai oleh para pembeli. Pembeli dipihak yang kuat,
penjual dipihak yang lemah. Situasi ini menguntungkan pembeli.
B. Untuk harga Rp. 2000/kg :
1.Apakah Harga Rp. 400/kg dapat menjadi harga yang
umum berlaku ? Tidak dapat ! karena pada harga Rp. 400/kg para pembeli hanya
mau membeli sebanyak11.000 kg per minggu (Qd = 11.000). tetapi para penjual
hanya menyediakan 6000 kg/minggu (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan persediaan
(supply) ssebanyak 5000 kg/minggu.
2.Dalam situsi ini jelas ada konsumen yang tidak
mendapatkan semangka tanpa biji sebanyak yang diinginkan. Maka tentu ada
pembeli yang berani membeli dengan harga yang lebih tinggi.
3.Oleh karena itu Harga Rp. 400/kg tidak dapat menjadi
harga yang umum berlaku. Dan apabila terjadi tidak akan bertahan lama.
( pada situasi ini disebut dengan “ Seller Market “
para penjuallah yang menguasai pasar, sedang pembeli pada pihak yang lemah.
Karena untuk mendapatkan barang, para pembeli bersedia menaikan harga belinya.
C. Untuk
Harga Rp. 1.200/kg.
1. pada harga Rp. 1.200/kg. dan hanya pada harga ini
jumlah yang dibeli Qd = 8000/kg dan jumlah yang dijual Qs=8000/kg tepat sama.
Tidak ada kekurangan dan tidak ada kelebihan.
2. Jadi pada harga ini semua pihak mendapat apa yang
diinginkan, dan tidak ada alasan untuk menaikkan/menurunkan harga lagi.
(cateris paribus)
3. Maka harga Rp. 1.200/kg. ini disebut Harga
Keseimbangan (equilibrium price), yaitu harga yang menyeimbangkan permintaan
dan penawaran, atau P dimana Qd = Qs.
Jadi harga keseimbangan tidak tercapai sekaligus.
Biasanya terjadi kegoncangan harga di sekitar titik keseimbangan. Umumnya para
produsen memerlukan waktu untuk nienyesuaikan supplynya dengan kebutuhan
masyarakat. Walaupun sudah tercapai keseimbangan pada saat tertentu, tetapi
situasi keseimbangan tsb. sewaktu-waktu bisa berubah lagi. Lebih-lebih harga
hasil-hasil pertanian tidak begitu stabil. Jika harga suatu barang tidak
stabil, maka penjelasannya baru kita cari dalam perubahan situasi, entah dan
segi Supply, atau dan segi Demand, atau mungkin dan kedua-duanya sekaligus.
Perlu
diingat :
1. Rumus UmumFungsiPermintaanadalah :
P = a – mQ
Misalnya : P = 80 – 0,5 Q
2. Rumus UmumFungsiPenawaranadalah :
P = a + mQ
Misalnya : P = 20 + 0,5 Q
<!--[if !supportLists]-->3.<!--[endif]-->Rumus
UmumHarga Keseimbanganadalah :
Qs = Qd
20 + 0,5 Q = 80 – 0,5 Q
ELASTISITAS
>
PENGERTIAN ELASTISITAS
Kurve permintaan dan penawaran memperlihatkan
bagaimana reaksi pembeli dan penjual (dalam hal banyak-sedikitnya jumlah yang
mau dibeli atau dijual) terhadap perubahan harga. Dalam masalah reaksi ini
dipertanyakan lebih lanjut: berapa besarnya perubahan harga dan berapa besarnya
reaksi tsb. Sehingga para para ahli ekonomi memberikan pengertian “
elastisitas permintaan dan penawaran “
ELASTISITAS
PERMINTAAN
Inti pengertian permintaan adalah: hubungan antara
HARGA suatu barang dengan Jumlah yang mau dibeli. Bentuk kurve permintaan yang
turun ke kanan menunjukkan hagaimana reaksi jumlah yang mau dibeli terhadap
perubahan harga: kalau P naik, Qd Iislru berkurang, sedang kalau P turun, Qd
justru bertambah.
Tetapi reaksi konsumen tidak mesti sama untuk pelbagai
macam barang. Untuk heherapa macam barang para konsumen sangat peka terhadap
perubahan harga, artinya:
1witihahan harga yang kecil saja sudah menyebabkan
jumlah yang mau dibeli berkurang hanyak. Tetapi ada juga barang di mana
konsumen hampir tidak peka terhadap pertihahan harga: biarpun harga naik,
jumlah yang dibeli hampir tidak berkurang. Untuk iiicnyatakan peka-tidaknya
jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan harga dipergunakan istilah
elastisitas, tepatnya elastisitas harga (price elasticity of demand).
PENGERTIAN
DAN RUMUS ELASTISITAS PERMINTAAN
Ealastisitas (harga) menunjukkan bagaimana reaksi
pembeli (dalam hal jumlah yang mau dibeli) bila ada peruhahan harga, atau:
peka-tidaknya jumluh yang man dibeli terhadap perubahan harga. Maka agar dapat
dibandingkan dua-duanya dinyatakan dalam %
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Jika konsumen peka terhadap perubahan harga suatu
barang, permintaan akan barang itu disebut ELASTIS.
Artinya: perubahan harga yang kecil menyebabkan
perubahan yang relatif (lebih) hesar dalam jumlah yang diminta. Misalnya harga
naik dengan 10%. Akibatnya jumlah barang yang mau dibeli berkurang dengan %
yang lebih besar, misalnya 20%
<!--[if !supportLists]-->Ø<!--[endif]-->Jika konsumen kurang peka terhadap perubahan harga
suatu barang tertentu, permintaan akan barang itu disebut INELASTIS.
Artinya: meskipun kenaikan harga (relatif) cukup
besar. namun jumlah yang mau diheli hampir tidak berkurang; sedang kalau harga
barang turun, jumlah yang diminta hampir tidak bertamhah.
Misalnya harga turun 10% menyebabkan pertambahan dalam
jumlah yang diminta relatif lebih kecil, misalnya hanya 5%. Hal mi terutama
terjadi pada barang-barang kehutuhan hidup pokok seperti beras, garam, dli.
Rumus elastisitas permintaan
Elaslisitas permintaan dapat diukur dan dinyatakan
dalam suatu angka yang di%chiII koelisien elastisitas. Besar-kecilnya koefisien
elastisitas permintaan dapat diIiiliiiig dengan hantuan suatu rumus yang
sederhana.
Rumus umum untuk elastisitas permintaan adalah sbb:
Dibawah ini contoh perhitungan koefisien elastisitas
permintaan.
Sebagai contoh kita perbandingkan permintaan akan dua
macam barang, yaitu obat nyamuk dan teh hungkus.
Untuk mcmpermudah pcrbandingannya, kedua barang
tersehut digambarkan kurve permintaannya dalam satu grafik.. Kemudian kita
hitung elastisitas pcrinintaan,misalnya apa yang terjadi dengan jumlah yang
diminta (Qd) kalau harga naik dariRp 200,- menjadi Rp 300,-. Perhatikan cara
kerjanya!
SISTEM HARGA
Dalam kehidupan ekonorni modern harga-harga memainkan
peranan yang amat penting, justru karena produsen dan konsumen (termasuk dunia
perbankan, pedagang ckspor-impor dan pemerintah sendiri) bertindak atas dasar
pertimbangan dan perbandingan harga.
a.NILAI DAN
HARGA
Para ahli filsafat telah memikirkan persoalan harga
dan nilai. Karena pada waktu itu uang helum begitu berperanan, yang diutamakan
adalah pengertian Nilai barang.
ARISTOTELES (384-322 seb.M.) pada tahun 300 sebelum
Masehi telah membahas masalah ini, Menurut Aristoteles suatu barang mempunyai
nilai karena berguna untuk yang memilikinya (= Nilai pakai), atau karena barang
tsb. dapat dipertukarkan dengan barang lain (= Nilai tukar). Jenis-jenis nilai
mi masih dapat dibedakan obyektif dan subyektif.
Nilai pakal (Value in use atau Utility) adalah
kemampuan suatu barang untuk dapat memenuhi suatu kebutuhan manusia.
<!--[if !supportLists]-->1.<!--[endif]-->Nilai pakai
obyektif = kemampuan atau sifat barang untuk dapat memenuhi suatu kebutuhan
manusia, jadi kegunaan atau faedah barang.
<!--[if !supportLists]-->2.<!--[endif]-->Nilai pakai
subyektif = penilaian yang diberikan seseorang terhadap suatu barang karena
kemampuan barang tsb. dalam memenuhi kebutuhannya. Pcnilaian subyektif mi dapat
sangat berbeda-beda menurut situasi dan kondisi, seperti mendesaknya kebutuhan
seseorang dan jumlah barang yang tersedia.
Nilai tukar (Value in exchange) adalah kemampuan suatu
barang untuk dilukarkan dengan barang lain di pasar.
<!--[if !supportLists]-->a.<!--[endif]-->Nilai tukar
obyektif = kemampuan suatu barang untuk dipertukarkan dengan barang lain.
<!--[if !supportLists]-->b.<!--[endif]-->Nilai tukar
subyektif = penilaian yang diberikan seseorang bila barang tsb. akan ditukarnya
dengan barang lain.
Harga suatu barang adalah nilai (tukar) barang tsb. dinyatakan
atau diukur dengan uang. Jadi antara nilai dan harga tidak sama: Nilai (tukar)
suatu barang diukur dengan membandingkannya dengan barang lain. Sedang harga
diukur dengan uang. Nilai suatu barang adalah dasar untuk penentuan harga
barang tsb.
Pada abad pertengahan masalah harga terutama disoroti
dan segi moral baik-buruk, halal dan haram. Yang dipersoalkan adalah apakah
harga suatu barang itu “adil” (wajar/pantas = just price). Karena harga yang
diminta oleh produsen penjual barang tertentu ikut mempengaruhi kesejahteraan
pembeli atau masyarakat, perlu dijaga jangan sampai orang mencari keuntungan
dengan memeras sesamanya yang miskin. Hal ini khususnya berlaku untuk
pinjam-meminjam uang dengan bunga yang tinggi.
Sementara itu kaum klasik mempersoalkan faktor apa
yang penentuan tinggi rendahnya harga suatu barang Meskipun jelas bagi mereka
bahwa suatu barang tidak akan diproduksikan kalau barang tsb. tidak berguna
bagi konsumen, tetapi perhatian mereka dipusatkan pada segi biaya produksi.
Biaya produksi
sebagai dasar harga dan nilai: Teori nilai obyektif
ADAM SMITH (1723-1790) menegaskan bahwa nilai
(= nilai tukar atau harga) suatu barang diteniukan oleh biaya produksinya.
Dalam masyarakat yang masih sangat sederhana, nilai tukar atau harga suatu harang
terutama ditentukan oleh banyak-sedikitnya kerja manusia yang telah dicurahkan
untuk menghasilkan barang tsb. Tetapi dalam masyarakat yang sudah lebih maju,
biaya-biayaproduksi lain harus ikut diperhitungkan pula, yaitu upah tenaga
kerja, biaya bahan-hahan. sewa tanah. bunga modal dan laba pengusaha.
DAVID RICARDO (1772-1823) membatasi biaya
produksi hanya pada tenaga kerja nianusia saja. Jadi harga suatu harang
tergantung dan banyak-sedikitnyakerja manusia yang telah dicurahkan dalarn
produksi barang tsb. Ia membedakan antara barang seni dan barang biasa. Nilai
harang seni memang ditentukan oleh banyaknya pengaguran barang seni tsb.: makin
banyak penggernarnya, makin tinggi nilai dan harganya, karena harang seni tidak
dapat diperbanyak. Lain halnya dengan barang biasa yang dapat diproduksi
dalarnjumlah yang banyak. Teorinya dikenal dengan nama teori nilai kerja.
Contoh:
Andaikan kita dapat mengukur berapa jumlah jam kerja
yang diperlukan untuk produksi agung, beras dan pakaian (kain ). Angka—angka di
hawah mi hanya sebagai misal saja:
Produk Jumlah jam kerja yg diperlukan
Jagung (kg) 20
Beras (kg) 10
Kain (meter) 80
Menurut teori ini, jagung dan beras akan dipertukarkan
dengan perbandingan 2 kg jagung untuk 1 kg beras. Satu meter kain dapat dijual
dengan “harga” 4kg jagung atau 2kg beras. Satu kg beras cukup untuk membayar
½meter kain. Satu kg jagung dapat ditukar dengan ½ kg beras atau 74 meter kain.
Cara berpikir seperti ini memang masuk di akal pada
jaman itu. Karena pada waktu itu tenaga kerja adalah faktor produksi yang
utama, peralatan produksi masih serba primitif. dan kehutuhan masyarakat rnasih
terbatas pada kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan. Lagi pula penggunaan
baang masih sangat terhatas. Dalam keadaan seperti itu barang-barang dipertukarkan
dengan harga sesuai dengan biaya produksinya.
KARL MARX (1818-1883) mengambil alih teori Ricardo tsh., tetapi lebih
diperseinpitlagi. Menurut Marx tenaga kerja merupakan satu-satunya sumher
nilai. Nilai dan harga setiap barang ditentukan oleh jumlah kerja (rata-rata)
yang telah dicurahkan dalam proses produksinya. Dan itu Marx menarik
kesimpulan, hahwa laba (selisih antara harga jual suatu barang dan biaya
produksinya, atau yang disebutnya “nilai lebih”)
HENRY CAREY (1793-1879) memperbaiki teori nilai biaya produksi
dengan mtnunjukkan hahwa yang penting sebenarnya bukan biaya-biaya yang telah
dikeluarkati (= harga histonis). melainkan biaya-biaya yang penlu untuk
rnenghasilkan kembali harang yang sama (= biaya reproduksi).
Teori-teori di atas dikenal dengan nama teori
nilai obyektif.
Kelemahan teori tsb adalah bahwa hendak menjelaskan
terjadinya nilai dan dari satu segi saja, yaitu dan segi biaya produksi atau
dan segi produsen saja.
Memang, biaya produksi itu penting dalam penentuan
harga jual oleh produsen. tetapi nilai dan harga tidak hanya tergantung dan
produsen saja! Sebenarnya mereka pun tahu bahwa kehutuhan dan selera konsumen
pentingjuga. Kalau begitu. mengapa mereka membatasi hanya pada segi hiaya saja.
Sementara itusegi kegunaan barang sama sekali diabaikan.